Kamis, 14 Februari 2013

Pagi

1. Selamat pagi, Mata. Apa aku terlambat mengucapkannya? Pagi selalu sempurna untuk sebuah awal yang terjaga. Harapan itu, dan segala apa pun tentangmu. Dulu, ada satu keajaiban yang membangunkanku dari ruang hampa, dan kamulah orangnya. Kini, aku masih percaya, akan ada keajaiban kedua. Siapa lagi kalau bukan kamu muaranya.

2. Semesta pesonamu menggugat rinduku, ada. Melaut tanpa kendali. Permisi, aku ingin rebah di dadamu pagi ini, segera.

3. Lelap tak terjamah. Bersanding sepi, kumamah pagi bersemi sedih-tak berperi. Menyudutkan bahagiaku ke tepi.

4. Dan.. ada lirih seketika yang menampar ketermanguan. Kosong kudekap, di pagiku yang sunyi-tanpamu; dalam dekat juga jarak.

5. Terima kasih, Tuhan, untuk nikmat tidur yang Engkau berikan. Meskipun tanpa dia di dalam pelukan.

6. Pagi yang menyesakkan. Kemarin, kamu begitu mesra dalam dekapan, tapi kenapa kini justru jauhmu yang kurasakan.

7. Terpenjara dalam ingatan tentangmu. Terjaga, masihku. Terpejam, engganku. Terperi, lirihku. Pagiku pun mendekap sepi, tanpamu.

8. Dalam mimpi itu, aku kembali berlari lagi ke arahmu. Inikah sebuah pertanda? Kita masih bersama di pagi buta.

9. Sarapan apa pagi ini? sepiring memori tentangmu yang terpatri dan tak pernah basi.

10. Kepada pagi, sunyi, dan hati-mu: rindu ini kualamatkan. Berharap bisa mengelitik kebisuan dan menghasut tawa, tanpa praduga.

11. Di jemari pagi, kutilas lagi jejak itu. Merunut satu pada jalanmu. Senyatanya, bukan semu, sadarku!

12. Satu detik bermimpi tentangmu, menggurat begitu nyata; meniupkan napas keindahan di jejak pagiku.

13. Cukup dengan memikirkanmu, pagiku mengucap selamat tinggal pada basi. Selamat pagi. Jaga diri, jaga hati.

14. Maaf, aku hanya bisa menghidangkan sepiring kecupan di sudut bibirmu, pagi ini.

15. Jika esok pagi menjelang, aku inginkan kamu ada. Cukup kok, dengan satu senyuman saja.

16. Selamat pagi untukmu. Yang tak jengah melengkungkan pelangi di jelaga mataku. Dalam dekat, dalam jarak.

17. Sinyal cemas, terusik mimpi tadi malam. Rasanya, segera inginku berlari pagi ini ke arahmu dengan kecepatan tinggi!

18. Ibadah pagi. Meramu mimpi, mengeja hati. Untukmu, siapa lagi.

19. Inikah pagi? Hmm.. kenapa masih seperti kemarin? Hanya sunyi yang mengetuk keterasingan, berulang-ulang.

20. Saujana..., mata dan hati, kamu saja! Mengurung pagiku, tak jera.

21. Apakah aku terlambat? Pagi datang begitu cepat. Dan... masih saja bisumu yang kudekap.

22. Selamat pagi, peri sahajaku. Titip doa perjalanan hati yang kau tuju.

23. Selamat pagi. Semoga keindahannya meniupkan napas kegembiraan di mata juga hatimu.

24. Kepada pagi, kutimang mimpi. Seindah-indahnya, aku inginkan semesta bahagia menyelimutimu.

25. Pagiku memang tak sempurna. Ada lubang besar yang menganga di dadaku. Bukan kecewa, tapi karena ku tak kuasa melihatmu terluka.

26. Biarkan pagiku kosong. Biarkan pagi membenci dan memusuhiku, asal bukan kamu yang menyekam benci, untukku.

27. Pagi. Semestinya menjadi hari baru. Kenapa justru dejavu yang menyekatku. Sama seperti kemarin, tentangmu mengisi kalam pikiranku.

28. Dan seterusnya, aku akan menari dalam gerimis pagi, sendiri (jika kamu izinkan).

29. Geliat desah pagi yang membentur ruang hampa. Kosong menengahi laju sapa hingga tunduk pasrah tanpa selera.

30. Kucari-cari wajahmu yang terisap rindu tadi pagi. Kosong! Dan dalam kosong yang memuja sunyi, masih kuberharap rindu itu melukaiku.

31. Seperti barisan pagi kemarin, kini dan nanti, "I love the way you say good morning."

32. Semua masih tentangmu. Mimpi itu, harapan itu. Tak ada yang berubah. Setiap incinya begitu berarti. Selamat pagi.

33. Ketika cerita demi cerita hampir saja terhenti, pagi mempertemukannya kembali. Morning, you.

34. Pagi. Kepadamu aku kembali. Menghirup harum napas, dan mencium ranum rindumu.

35. Sudah berpuluh pagi ini hanya ada bilur senyummu yang merambah pada dinding dan kaca cermin. Bagaimana dengan esok? Datanglah! Jangan ragu untuk memelukku.

36. Menjadilah pagi untuk malamku. Karena terangmu, membuka mata dan hatiku.

37. Selamat pagi. Menguntip empat kata untuk langkah yang kamu tuju: jaga diri, jaga hati.

38. Untuk awal yang baru dan tanpa benih-benih kebencian, satu kecupan kutitip di keningmu.

39. Selamat pagi. Dan... aku masih setia menimang mimpi tentangmu yang belum juga datang menjelang untuk sendiriku.

40. Di lipatan pagi, aku menanti. Datanglah di pangkuanku meskipun sebatas basah embun.

41. Rasa yang tak terbiasa. Mengasingkanmu begitu jauh dari pagiku. Hanya ada sepi yang menggigit pilu.

42. Hei, kamu. Kutitipkan peluk hangat uang memanas tungku lugu menggebu. Tulus melumat pagi.

43. Di setiap pagi, terbiasaku mengecup senyum hangatmu. Di setiap pagi, harapku menguyah 1000 kebahagiaanmu.

44. Pada barisan pagi yang menguning, inginku menyusup ragamu. Senyatanya, bukan semu.

45. Memeluk pagi yang tak menua. Selalu kusematkan cinta pada teduh bening matanya.

46. Sepoting pagi, seikat rindu. Senyata matahari, senyata ketakutanku yang bergegas mengingkari hadirmu.

47. "Cinta tak selalu cukup, hanya butuh di mengerti." Demikian, kata pagi untuk sendiriku.

48. Cukup rasakan jemari kita bersentuhan. Di bibir pagi, rindu kita bertemu.

49. Menjadilah pagi untuk malamku. Terangmu yang kumau untuk gelap penantianku.

50. Duduk bersama pagi di beranda tanpa selera. Mengintip langit tanpa tanda. Kamu di mana? Kirimi aku satu kedip mata.

51. Karena pagi tak kenal bosan, maka sambutlah dengan senyuman. Selamat pagi, kamu; matahariku.

52. Pagi yang melumer di pusat jantung. Oleh harapan yang membusung, dan rindu yang berujung di garis matamu.

53. Bila tersenyum lepas pagi ini. Menasbihkan keakuan perasaanku kepadamu, lagi.

54. Menggeliat manja, rindumu. Satu tanda bahagia yang kau catatkan di lembaran pagiku yang sunyi.

55. Pagi yang mengantarkan bilur-bilur senyumanmu. Membaur bersama napas di terjagaku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar